Sunday 15 August 2010

Female Agents

Friday 6 August 2010

Avatar : The Last Airbender

Setelah menunggu sebulan lebih akhirnya,,, The Last Airbender, ditayangkan juga di Indonesia. Betapa saya begitu deg-degannya saat tahu, bahwa sebentar lagi film ini akan dirilis di negara kita tercinta. Banyak review-er luar yang memberikan komentar pedas, sampai ada yang mengatakan, film ini sangat layak untuk tidak di tonton, but well… saya tetap berpositif thinking.
Okey, kita mulai dari plot awal sang kakak beradik Zokka (Jackson Rathbone) dan Katara (Nicola Peltz), yang secara tidak sengaja, menemukan bola salju besar. Ternyata di dalam bola salju itu, terdapat seorang anak kecil berumur 10 tahun dengan seekor hewan piaraannya yang sangat besar (Animasi untuk bulu Appa seperti keset kaki bagi saya, upss,,, hahhaha).
Bocah itu bernama Aang (Noah Ringer). Dia merupakan satu-satunya pengendali udara yang tersisa, karena yang lain telah dibunuh oleh orang dari negara api. Negara api melakukan hal ini karena menurut ramalan, bahwa seorang Avatar (pengendali empat elemen Udara, Air, Tanah, dan Api), akan lahir dari kelompok Udara. Ternyata, mereka (Negara Api) gagal, karena Avatar yang berwujud Aang malah melarikan diri dan terkurung dalam bola salju selama 100 tahun.
Berita tentang Aang ternyata membuat panas negeri api. Mereka takut, keberadaan seorang Avatar bisa mengancam rencana mereka untuk menguasai dunia. Pangeran Zuko (Dev Patel) yang merupakan putra dari raja api Lord Ozai juga berniat untuk menangkap dan membawa pulang si Aang.
Nah, itulah sepenggal cerita Aang, yang tidak ingin saya ceritakan lebih rinci. Kenapa? Karena, saya (sebagai penggemar Appa versi serial kartun Nickelodeon, hehe…) dapat mengambil kesimpulan, bahwa jika ingin menonton film ini, sepertinya kita harus membuang jauh pemikiran untuk bertemu dengan Aang, dkk versi kartun ke dalam wujud manusia. Yah, jangan harap bisa menemukan sosok jenaka Aang, bloonnya Sokka, serta galaknya Katara di sini.
Siapa lagi yang bertanggung jawab, kalau bukan bapak M.Night Shyamalan? Sutradara berkulit gelap ini memang tidak di ragukan lagi kemampuannya dalam memasukkan unsur teka-teki, serta kemampuan berimajinasinya yang sangat ekstreme. Semua itu bisa kita lihat dari efek visual yang megah. Tapi untuk casting pemainnya sendiri? Nicola dan Jackson sangat memperburuk keadaan. Saya benar-benar tidak terima keberadaan mereka di sini. Untuk si Noah juga sama saja, sangat tidak mewakili karakter Aang. Well, seandainya ini bukan sebuah film adaptasi, mungkin para kritikus tidak akan mencemooh Shyamalan dan film ini bisa jadi mentahtai Box Office. Tapi, yah itulah, membuat suatu film bergenre remakable memang jauh lebih susah, dibanding membuat film yang masih baru.
Satu lagi yang saya sayangkan, kok bisa yah,  si pengendali tanah Toph, tiba-tiba ada? Kenapa gak dibuat adegan tersendiri? Kesannya jadi seperti di forward. Trus, kok si Toph kayanya gak buta yah? Harusnya khan....??? (Aaarrrggghhh....)
Berdasarkan ending, film ini sepertinya akan ada sequel-nya. Hhhmmm,,, semoga saja kedepannya, para pemain bisa lebih menghayati peran mereka. Dan untuk Shyamalan, please, nonton lah serial kartunnya dulu, sebelum anda berencana membuat lanjutannya. Sebagai penilaian, saya tetap memuji visual efeknya yang really really adorable…. Hehe….


Tuesday 3 August 2010

The Sorcerer's Apprentice - "Secrets" by OneRepublic


Love, love, love this soundtrack. Awesome! One Republic memang tidak pernah mengecewakan saat membawakan soundtrack untuk sebuah film. And they do their best. Tidak jarang kita hanya menikmati film saja, tanpa mengubris lagu pembawanya. Padahal, movie song bisa menjadi bagian film yang paling abadi, dibandingkan jalan cerita film itu sendiri. Contohnya lagu Apologize yang menjadi soundtrack dari serial Amerika yang terkenal, Gossip Girl. Masih sering terdengar sampai sekarang khan?

Saturday 31 July 2010

SALT

Belum puas kita dimanjakan dengan kehadiran The Sorcerer’s Apprentice dan Inception yang begitu memukau, kali ini keluarga besar Hollywod menjagokan Anggelina Jolie dalam film yang berjudul Salt. Mendengar nama Jolie, pastilah kita langsung ngeh dengan tema dari film ini. Yah, betul sekali! Tidak jauh dari bela diri, tembak-tembakan, serta ledakan.
Salt disini bukan berarti garam. Melainkan last name dari Evelyn Salt. Seorang wanita yang merupakan agen CIA. Suatu hari, datang seorang pria yang mengungkap bahwa Salt merupakan mata-mata dari Rusia. Salt menjadi kalang kabut dan melarikan diri. Hal ini justru membuat dua orang teman kerjanya, Ted dan Peabody, merasa heran dan bertanya-tanya. Kalau memang bukan mata-mata, kenapa dia mesti melarikan diri?
Phillip Noyce seolah melarang kita untuk bernafas sepanjang film. Suasana tegang dengan aksi laga yang dilakukan Evelyn tak pernah berhenti dari awal hingga akhir. Tidak bisa dipungkiri, trade mark Anggelina sebagai wonder woman kembali diperlihatkan disini. Tapi, bagi saya, Jolie seolah menjadi Lara Croft lagi (lagi, lagi, lagi). Bosan juga dengan karakter dia yang seperti itu terus. Memang sih, untuk peran-peran seperti ini, istri Brad Pitt lah yang paling pantas (apa jadinya yah, kalau di film ini bukan Anggelina? Pasti hambar banget), tapi kalau terus-terusan, kan jadinya akan biasa saja.
Untungnya, beberapa adegan di film ini bisa membuat kita berdecak kagum sambil mengeluarkan kata “wow” dan “ohhh, bisa begitu yah???” Bagaimana tidak,merakit bom dari kaki meja, merobohkan lantai tempat presiden Rusia berdiri, serta memakai racun laba-laba untuk melumpuhkan target, merupakan kecerdasan yang disuguhkan oleh Salt.

Kalau karakter lainnya sih, tidak ada yang terlalu mencolok. Seperti Liev Schreiber (Ted Winter), Chiwetel Ejiofor (Peabody), Daniel Olbrychsky (Vassily Orlov), dan August Diehl (Mike Krause). Sebenarnya merekalah yang menjadi salt (garam) di film ini. Hehehe...
Untuk adegan yang paling menyentuh bagi saya dan mungkin hampir sebagian besar penonton di dalam bioskop (berdasarkan suasana yang tiba-tiba hening dan mencekam) adalah ketika suami Evelyn dibunuh di depan matanya sendiri. Buat saya pribadi, inilah adegan terbaik yang dibawakan oleh Jolie sepanjang film. Dan secara keseluruhan, Salt pantas untuk menempati urutan kedua setelah Inception di minggu ini.

Stars : 3,5 of 5

Thursday 29 July 2010

The Curious Case of Benjamin Button

Sekarang saya akan menceritakan sebuah film yang merupakan salah satu film terbaik yang pernah saya tonton. The Curious Case of Benjamin Button, film yang sudah agak lama, yang dibintangi oleh Brad Pitt (Benjamin).

“I was born under unusual circumstances” Begitulah film ini dimulai. Merupakan adaptasi dari cerita yang ditulis oleh Scott Fitzgerald pada tahun 1920, mengisahkan tentang seorang lelaki yang terlahir dengan usia delapan puluh, dan semakin hari semakin muda.

Plot diawali tentang dibuatnya sebuah jam dengan jarumnya berputar mundur yang diceritakan oleh seorang ibu di sebuah rumah sakit tempat dia sedang dirawat, kepada anaknya, Caroline (Julia Ormond). Sang ibu yang sudah tua, meminta Caroline untuk membacakan sebuah diary milik seseorang yang bernama Benjamin.
Benjamin terlahir berbeda dari orang lain. Saat dilahirkan, bayi Benjamin yang seharusnya memiliki kulit mulus dan kencang, seperti bayi kebanyakan, justru memiliki kulit keriput layaknya orang tua yang sudah sangat renta. Hal itu membuat ayahnya, Thomas Button (Jason Flemyng), sangat terpukul. Button membawa Benjamin kecil ke sebuah panti jompo. Disitulah akhirnya bayi tua itu dirawat. Hari berganti, Benjamin semakin lama semakin muda, meski sifat dan tingkah lakunya sama seperti anak lainnya.
Singkat cerita, Benjamin bertemu dengan seorang gadis kecil bernama Daisy. Daisy mengetahui bahwa semakin hari Bejamin justru semakin muda. Dia kemudian jatuh cinta pada gadis kecil ini. Hari berganti, usia pun semakin bertambah. Begitu juga penampakan fisik tubuh. Yang kecil menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, dewasa menjadi tua/manula. Tapi, bagaimana dengan Benjamin? Tentulah dia mulai dari belakang. Benjamin mengalami berbagai macam pengalaman di usia muda dalam kehidupannya. Mungkin karena penampakan "mutu"nya (MUka TUa), sehingga dia lebih gampang diterima dan bergaul oleh orang dewasa dalam usia yang sebenarnya. Selama masa mudanya itu, Benjamin memilih untuk berlayar ke segala tempat dan meninggalkan panti jompo yang disebutnya sebagai rumah.
Ketika kapten kapalnya mati akibat perang, Benjamin memilih pulang. Saat itulah dia bertemu dengan Daisy (Cate Blanchett) lagi. Tapi kali ini dengan penampilan yang berbeda. Usia mereka sama-sama berada dipertengahan, justru membuat mereka tampak normal. Sejenak mereka melupakan kelainan Benjamin. Sampai saat Daisy hamil, dan melahirkan seorang anak perempuan. Benjamin mulai gundah. Dia tak ingin anaknya bingung dengan keadaan dirinya. Meski Daisy tidak keberatan dengan keadaan itu, Benjamin tetap bersikeras untuk meninggalkan anak dan istriya. Yah, begitulah,,, life must go on. Daisy akhirnya menikah dengan pria lain, kemudian anak mereka tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, dan Benjamin, tentu saja semakin hari menjadi semakin muda.
Menurut saya, inti film ini baru dimulai di saat Benjamin berubah menjadi anak kecil yang memiliki penyakit demensia layaknya manula lainnya. Meski begitu, Daisy justru tidak meninggalkannya. Daisy tetap menjaga Benjamin, hingga akhirnya fisik Benjamin menjadi seperti bayi yang baru dilahirkan, dan meninggal dalam pangkuan Daisy. Sungguh menyedihkan...
Menurut saya, ini adalah film dengan tema cerita yang tidak biasa tapi dikemas layaknya sebuah autobiografi visual. Kemampuan sang sutradara David Fincher, untuk mengatur alur perasaan kita seperti yang dirasakan oleh Benjamin dari awal hingga pertengahan film, lalu kemudian beralih kepada perasaan Daisy hingga penghujung film, merupakan unsur terbaik dari yang ditampilkan oleh Fincher. Untuk pemain, Brad Pitt tidak terlalu menarik perhatian. Justru si Cate, meskipun wajahnya tidak mendukung untuk memerankan Daisy di usia 20an (Agak ketuaan... hehehe), tapi kepintaran dia dalam memilih peran, membuat saya benar-benar kagum dengannya. Yahhh,,, masih pada ingatkan, saat Cate memerankan Lady Marion Loxley di film Robin Hood??? Hehehe... perannya selalu mencerminkan wanita yang independen. Thats rock!!!

Yang menarik bagi saya (lagi) di film ini, adalah cerita tentang jam dengan jarum yang mundur. Suatu hidangan appetizer yag lucu sekaligus dramatis, seolah menggambarkan bahwa jam itu memiliki hubungan dengan Benjamin. Secara keseluruhan, film ini mendapat tempat dihati saya, sama seperti film The Lake House yang diperankan oleh Sandra Bullock.

4,5 of 5

Monday 26 July 2010

The Sorcerer’s Apprentice

Akhirnyaaa,,,, setelah lama tidak membicarakan film, maka saya akan mulai mengeksplor film alumni Walt Disney Pictures yang terbaru. Yup… “The Sorcerer’s Apprentice”.
Diawali dengan kemunculan Merlin sang penyihir fenomenal di era tahun 700-an, membawa kita para penonton mulai merasakan kentalnya dunia magis saat itu. Meskipun dengan durasi yang cukup singkat, tapi adegan pembuka ini bisa membeberkan hampir delapan puluh persen inti cerita.
Merlin memiliki tiga orang murid, yaitu Balthazar Blake (Nicolas Cage), Veronica (Monica Bellucci), dan Maxim Horvath (Alfred Molina). Sayangnya, si Horvath berkhianat. Dia justru bekerjasama dengan Morgana, seorang penyihir wanita yang jahat, untuk menjatuhkan Merlin dan menghancurkan dunia. Berkat pengorbanan Veronica, Balthazar berhasil mengurung jiwa Morgana di dalam sebuah boneka yag disebut sebagai Grimhold. Sebelum wafat, Merlin meminta pada Balthazar untuk mencari “Prime Merlinian”. Prime Merlinian merupakan seorang penerus Merlin yang akan menghancurkan Morgana.
Balthazar kemudian melewati berbagai tempat dan ribuan waktu untuk mengurung para pengikut Morgana dan menemukan Prime Merlinian. Tapi cincin naga sebagai penanda “Prime Merlinian”, masih saja belum bergeming. Sampai akhirnya Balthazar bertemu dengan seorang remaja cowok yang sangat menggemari ilmu fisika. Awalnya Dave (Jay Baruchel) merasa kurang pede dan menganggap dirinya hanya orang biasa, tapi setelah berbagai macam petualangan, akhirnya dia (Dave) sadar bahwa ini adalah takdirnya.

Yang pertama ingin saya komentari adalah si Nicolas Cage. Sepertinya dia masih belum puas membintangi film-film ringan bertema Super Power. Haha… penempatan si Big Daddy (Kick Ass) sebagai Balthazar yang berwibawa tapi tidak monoton memang sangat pas. Juga kemampuan akting Baruchel dalam membawakan tipe anak muda yang pintar tapi tidak populer menjadi perpaduan yang bisa meningkatkan rating film ini.

Meskipun dari segi cerita, “The Sorcerer’s Apprentice”, bisa dibilang merupakan film yang “biasa saja”, namun dikemas dengan dramatisnya suasana malam kota New York serta megahnya percikan listrik milik Dave, membuat Jon Turteltaub sang sutradara patut diacungi jempol.
Untuk Walt Disney sendiri, saya merasa sama sekali tidak ada peningkatan dari film-film super hero sebelumnya. Jerry Bruckheimer sang produser sepertinya hanya mementingkan aspek visual ceritanya, sehingga saat menonton, kita lebih asik memperhatikan gambarnya dibanding apa yang disampaikan. Biasanya nih, jika jalan cerita biasa saja pasti akan dicari cara lain untuk menutupinya. Yah,,, untuk sekedar melepas lelah sepulang beraktifitas, film ini sangat recommended untuk ditonton.

Oia,,, saya sangat menyukai adegan saat cincin naga melingkarkan ekornya di jari dave kecil. That’s really awesome!!!
Stars : 3,5 of 5

Wednesday 26 May 2010

Prince of Persia : The Sands of Time

Akhirnyaaa..... setelah lama ditunggu-tunggu, Prince of Persia ini hadir juga. Agak kaget  sih, karena menurut saya, film ini banyak yang menanti-nantikan, tapi pas beli tiket jam 3 sore, untuk nonton yang jam 7 malam, ternyata bioskopnya kosong melompong. Haha... mungkin belum banyak yang tahu kali yah. Nah,,, pas malamnya nih, antrian bioskop dah panjang banget. Untungnya dah beli dari sore...
Ceritanya tentang seorang pangeran Dastan (Jake Gyllenhaal) yang merupakan anak pungut dari Raja Persia, King Sharaman. Dastan, kedua saudaranya, yaitu Pangeran Tus dan Pangeran Garsiv ( Richard Coyle dan Toby Kebbell), beserta pamannya, Nizam (Ben Kingsley), menyerang sebuah daerah suci karena dicurigai daerah ini memasok senjata ke musuh-musuh Persia. Daerah ini dipimpin oleh seorang putri yaitu Putri Tamina (Gemma Arterton), yang merupakan penjaga dari sebuah belati sakti.
Saat merayakan kemenangannya, Raja Sharaman terbunuh, dan dicurigai bahwa Dastan lah pembunuhnya. Ia melarikan diri sampai akhirnya sadar bahwa penyerangan ke kota suci dan pembunuhan ayahnya adalah sebuah rencana untuk merebut tahta kerajaan. Berkat bantuan Putri Tamina, Dastan pun mengerti bahwa, tujuan utama penyerangan daerah suci itu adalah untuk mencari Belati (Dragger of Time), yang mana bisa mengembalikan kita ke masa lalu.
Film yang disajikan oleh Mike Newell ini, dari segi aksi dan efek fisualnya memang sangat mengagumkan. Dari segi cerita,, menurut saya, film ini memiliki cerita ringan yang masih fresh serta tidak berbelit-belit. Meskipun bagi saya, ceritanya cukup mudah di tebak. Plot tentang kepercayaan dan kekompakan saudara, juga bisa menjadi nilai tambah bagi film ini.
Untuk segi efek visual, Mike tidak diragukan lagi. Setelah sukses (banget) dengan film Harry Potter : Goblet Of Fire, yang menurut saya merupakan sekuel Harry Potter yang paling keren, kali ini Mike memberikan sentuhan yang sama. Dia memang memiliki bakat untuk mempresentasikan imajinasi kita dengan sangat baik.
Well, sejauh ini, saya merasa Prince of Persia ini merupakan film terbaik di 2010. tapi, masih ada sekitar 7 bulan untuk sampai di akhir tahun. Hehe... kita lihat aja nanti...
Stars : 4,5 of 5

Monday 24 May 2010

Kick Ass

Cerita di mulai oleh anak sekolahan bernama Dave Lizewski (Aaron Johnson), yang kuper dan kerjaannya baca komik superhero. Alih-alih ingin menjadi seperti tokoh idolanya, dia juga memesan kostum dan senjata lalu memakainya. Pamornya naik ketika secara tidak sengaja dia menghajar sekumpulan preman. Aksi itu sempat terekam oleh teman-temannya, dan rekaman itu di upload ke Youtube dan Myspace. Alhasil, orang-orang mengenalnya sebagai pahlawan. Piiuuuhhh....
Secara kebetulan, si Kick Ass ini bertemu dengan pasangan ayah, Big daddy (Nicholas Cage) dan putrinya, Hit Girl (Chloe Moretz) yang ternyata memiliki kemampuan bela diri dan menggunakan senjata. Pasangan ayah dan anak ini bekerjasama untuk balas dendam pada salah seorang bandar narkoba. Saat itu pula si Kick Ass merasa menjadi seorang pecundang yang tidak memiliki kemampuan apapun.
Kick Ass sebenarnya bukanlah suatu film yang kalau kata orang "wajib nonton", karena film ini hanya mengedepankan unsur menghibur. Lelucon segar serta ketololan si Dave mampu membuat kita tertawa meski tidak sampai berguling-guling. Haha... Tapi, kalau boleh saya bilang, film ini harusnya berjudul Hit Girl. Well,,, exactly,,, Si Hit Girl inilah yang sebenarnya menjadi tokoh utama di film ini. Seorang anak berumur 11 tahun, yang begitu ditakuti oleh musuh. Dengan kemampuan bela diri, dan kemahirannya menggunakan senjata, serta kesadisannya yang membuat kita menahan nafas, Hit Girl mampu menghipnotis para penontonnya. Untuk kehadiran Red Mist pun juga merupakan unsur tambahan, yang tidak terlalu berarti.
Hhhhmmmm.... saya bisa memastikan, Kick Ass sukses hanya karena akting Chloe Moretz yang mengagumkan, sampai-sampai menuai banyak kritik. Hahayyyy,,,, salut untuk Chloe...!!!!
Film ini mengandung unsur kekerasan. Harap tidak membawa anak anda saat menonton
Stars : 3,5 of 5

Saturday 22 May 2010

Shrek Forever After

Shrek Forever After, merupakan film ke empat dari mahkluk hijau gendut ini. Kali ini dia datang seperti layaknya seorang mantan penguasa yang rindu untuk kembali ke masa-masa jayanya seperti dulu. Yah, si Shrek (Mike Myers) merasa bosan dengan rutinitas sehari-hari yang hanya mengurus anak, atau membersihkan toilet, atau hanya sekedar bercanda dengan teman-temannya. Akhirnya dia menandatangani kontrak perjanjian dengan Rumpelstiltskin (Walt Dohrn) agar dia bisa merasakan kembali masa lalunya meskipun hanya sehari.
Shrek pun tiba-tiba berada di daerah yang dikenalnya, tapi dengan suasana yang lain. Kerajaan Far Far Away justru dipimpin oleh Rumpelstiltskin. Keadaan orang yang dikenalnya juga sangat berbeda, Fiona (Cameron Diaz) yang memimpin pasukan ogre, Donkey (Eddie Murphy) yang mejadi pelayan penyihir dan Puss (Antonio Banderas) yang semakin gendut tanpa bootsnya, mereka tidak mengenal satu sama lain. Dan yang lebih parah lagi, anak-anak mereka hilang.
Ternyata diluar dugaan, Rumpelstiltskin mencurangi Shrek. Rumpelstiltskin justru meminta sehari, dimana Shrek dilahirkan, sehingga Shrek tidak pernah datang menyelamatkan Fiona. Dan saat kontrak selesai, Shrek justru akan hilang selama-lamanya.
Film ini seperti kisah awal Shrek yang dikemas dengan cerita lain. Iya lah,,, film ke tiga yang tidak begitu sukses sepertinya membuat para produser mengambil inisiatif untuk mengangkat tema cerita asli dari Shrek, yaitu True Love Kisses. Haha... Meskipun tema yang tidak "fresh" ini diangkat, tapi tawaran lelucon yang diadegankan, bisa menutup semuanya. Terutama adegan Mata manja ala si Puss saat minta tolong ke Donkey, yang membuat saya tetawa habis-habisan. Well... untuk keseluruhan film, Average, I think...
Stars : 3,3 of 5

Friday 21 May 2010

Aliens In The Attic


Entah beberapa hari ini, keinginan untuk nonton film yang berbau (endus..endus..) anak-anak makin besar aja. Yahh... mungkin ini efek karena penilaian akhir dari segala perjuangan di bangku kuliah semakin dekat. Hhuuu... bukannya serius, tapi malah santai. Haha.. but never mind. Pulang dari puskesmas, saya langsung melirik tumpukan dvd, and I decided to watch Aliens In The Attic.
Keluarga Pearson berlibur dengan menyewa sebuah rumah di daerah terpencil.  Semua bersuka cita, kecuali  Tom (Carter Jenkins). Liburan ini semakin tidak mengasikkan ketika dihadiri juga oleh sepupunya, Jake (Austin Butler) serta saudara kembar jake, Art dan Lee (Henri Young dan Regan Young). Ditambah lagi dengan datangnya pacar Bethany (Ashley Tisdale), Ricky (Robert Hoffman) yang sangat dia benci.

Kejadian dimulai saat Tom dan Ricky naik ke loteng untuk membetulkan antena TV. Tapi ternyata di sana mereka bertemu dengan mahkluk asing yang ingin menyerang manusia. Mahkluk asing itu memakai senjata yang bisa mengambil alih tubuh manusia dewasa. Akhirnya anak-anaklah yang bersatu melawan mahkluk asing itu. Bagaimana untuk bekerjasama, bagaimana menghargai pendapat orang, bagaimana cara menilai orang lain, sebenarnya dalam film ini semuanya ada, hanya saja penyampaiannya sangat kurang maksimal. Tidak ada permainan perasaan di dalamnya. Sayang sekali....
Hhhhmm.... Gak banyak yang bisa dijelaskan tentang film ini. Akting para pemainnya terkesan pas-pasan. Sepertinya hanya Ricky (RH) yang memberikan nuansa lucu di setiap kemunculannya. Yahh... wajarlah, mungkin tujuan film ini hanya untuk "sekedar" menghibur. Apalagi film ini dibuat untuk anak-anak, jadi tak perlu ada unsur pikir-memikir didalamnya.
Stars : 3 of 5

Wednesday 19 May 2010

A Nightmare on Elm Street


Mungkin menurut sebagian orang film ini Te O Pe. Tapi buat saya, film tidak ubahnya film Freddy kebanyakan. Yupss... Tentang beberapa anak remaja yang tinggal di Elm Street, yang bermimpi didatangi oleh seseorang ber-sweater garis merah hijau dengan jari-jari yang berupa pisau. Setelah beberapa hari, mereka sadar bahwa apa yang mereka mimpikan benar-benar terjadi. Satu persatu dari mereka mati. Mulai dari Dean Russel (Kellan Lutz) yang kematiannya dianggap wajar, sampai kematian Kris Fowles (Catie Cassidy) yang menyadarkan mereka bahwa mimpi mereka bukan merupakan mimpi biasa, melainkan sebuah teror pembunuhan.
Adalah Nancy (Rooney Mara), salah satu anak yang bermimpi sama, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana mereka bisa mengalami hal yang sama, dan bagaimana menghentikan semuanya.
Skrip film ini awalnya dibuat oleh Craven pada tahun 1981, dan saat itu, film ini boleh dibilang meraup untung besar. Tapi tidak untuk sekarang yang hampir 3 dekade... Waaa.... sepertinya tidak akan sama seperti dulu. Cerita dan tema yang ditawarkan tidak terlalu berbeda. Hhhhmmm... yang beda mungkin si pemeran Freddy yang baru (Haley), sepertinya dia ingin membuktikan bahwa dia juga bisa menjadi Freddy, but,, well aktingnya boleh kita acungi jempol.
Menurut saya sih, film ini ditayangkan kembali, mungkin untuk mengenalkan sosok Freddy pada generasi muda sekarang, tapi untuk segi cerita... Hhheeeyyyy??? Heelllooowww???? Masih banyak yang lebih serem dengan cerita yang lebih baru.... Oh God,,, I just yelled because surprised without fear...

Stars : 2 of 5

Sunday 16 May 2010

3 Idiots

Satu kata. Kereeeeennnnn.... haha... mulai nonton jam 1 dini hari, ternyata filmnya lama juga yah.... hhhmmm..... kadang sedih, kadang bahagia, kadang tertawa, kadang bercucuran air mata.... Tak ada yang bisa dijelaskan lagi, This film gets my ten thumbs... lol
Hope, I will have a son like Ranchos,,, amiiinnnnn.....
 
 Stars : 4,2 of 5