Monday 26 July 2010

The Sorcerer’s Apprentice

Akhirnyaaa,,,, setelah lama tidak membicarakan film, maka saya akan mulai mengeksplor film alumni Walt Disney Pictures yang terbaru. Yup… “The Sorcerer’s Apprentice”.
Diawali dengan kemunculan Merlin sang penyihir fenomenal di era tahun 700-an, membawa kita para penonton mulai merasakan kentalnya dunia magis saat itu. Meskipun dengan durasi yang cukup singkat, tapi adegan pembuka ini bisa membeberkan hampir delapan puluh persen inti cerita.
Merlin memiliki tiga orang murid, yaitu Balthazar Blake (Nicolas Cage), Veronica (Monica Bellucci), dan Maxim Horvath (Alfred Molina). Sayangnya, si Horvath berkhianat. Dia justru bekerjasama dengan Morgana, seorang penyihir wanita yang jahat, untuk menjatuhkan Merlin dan menghancurkan dunia. Berkat pengorbanan Veronica, Balthazar berhasil mengurung jiwa Morgana di dalam sebuah boneka yag disebut sebagai Grimhold. Sebelum wafat, Merlin meminta pada Balthazar untuk mencari “Prime Merlinian”. Prime Merlinian merupakan seorang penerus Merlin yang akan menghancurkan Morgana.
Balthazar kemudian melewati berbagai tempat dan ribuan waktu untuk mengurung para pengikut Morgana dan menemukan Prime Merlinian. Tapi cincin naga sebagai penanda “Prime Merlinian”, masih saja belum bergeming. Sampai akhirnya Balthazar bertemu dengan seorang remaja cowok yang sangat menggemari ilmu fisika. Awalnya Dave (Jay Baruchel) merasa kurang pede dan menganggap dirinya hanya orang biasa, tapi setelah berbagai macam petualangan, akhirnya dia (Dave) sadar bahwa ini adalah takdirnya.

Yang pertama ingin saya komentari adalah si Nicolas Cage. Sepertinya dia masih belum puas membintangi film-film ringan bertema Super Power. Haha… penempatan si Big Daddy (Kick Ass) sebagai Balthazar yang berwibawa tapi tidak monoton memang sangat pas. Juga kemampuan akting Baruchel dalam membawakan tipe anak muda yang pintar tapi tidak populer menjadi perpaduan yang bisa meningkatkan rating film ini.

Meskipun dari segi cerita, “The Sorcerer’s Apprentice”, bisa dibilang merupakan film yang “biasa saja”, namun dikemas dengan dramatisnya suasana malam kota New York serta megahnya percikan listrik milik Dave, membuat Jon Turteltaub sang sutradara patut diacungi jempol.
Untuk Walt Disney sendiri, saya merasa sama sekali tidak ada peningkatan dari film-film super hero sebelumnya. Jerry Bruckheimer sang produser sepertinya hanya mementingkan aspek visual ceritanya, sehingga saat menonton, kita lebih asik memperhatikan gambarnya dibanding apa yang disampaikan. Biasanya nih, jika jalan cerita biasa saja pasti akan dicari cara lain untuk menutupinya. Yah,,, untuk sekedar melepas lelah sepulang beraktifitas, film ini sangat recommended untuk ditonton.

Oia,,, saya sangat menyukai adegan saat cincin naga melingkarkan ekornya di jari dave kecil. That’s really awesome!!!
Stars : 3,5 of 5

0 comment:

Post a Comment