Thursday 29 July 2010

The Curious Case of Benjamin Button

Sekarang saya akan menceritakan sebuah film yang merupakan salah satu film terbaik yang pernah saya tonton. The Curious Case of Benjamin Button, film yang sudah agak lama, yang dibintangi oleh Brad Pitt (Benjamin).

“I was born under unusual circumstances” Begitulah film ini dimulai. Merupakan adaptasi dari cerita yang ditulis oleh Scott Fitzgerald pada tahun 1920, mengisahkan tentang seorang lelaki yang terlahir dengan usia delapan puluh, dan semakin hari semakin muda.

Plot diawali tentang dibuatnya sebuah jam dengan jarumnya berputar mundur yang diceritakan oleh seorang ibu di sebuah rumah sakit tempat dia sedang dirawat, kepada anaknya, Caroline (Julia Ormond). Sang ibu yang sudah tua, meminta Caroline untuk membacakan sebuah diary milik seseorang yang bernama Benjamin.
Benjamin terlahir berbeda dari orang lain. Saat dilahirkan, bayi Benjamin yang seharusnya memiliki kulit mulus dan kencang, seperti bayi kebanyakan, justru memiliki kulit keriput layaknya orang tua yang sudah sangat renta. Hal itu membuat ayahnya, Thomas Button (Jason Flemyng), sangat terpukul. Button membawa Benjamin kecil ke sebuah panti jompo. Disitulah akhirnya bayi tua itu dirawat. Hari berganti, Benjamin semakin lama semakin muda, meski sifat dan tingkah lakunya sama seperti anak lainnya.
Singkat cerita, Benjamin bertemu dengan seorang gadis kecil bernama Daisy. Daisy mengetahui bahwa semakin hari Bejamin justru semakin muda. Dia kemudian jatuh cinta pada gadis kecil ini. Hari berganti, usia pun semakin bertambah. Begitu juga penampakan fisik tubuh. Yang kecil menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, dewasa menjadi tua/manula. Tapi, bagaimana dengan Benjamin? Tentulah dia mulai dari belakang. Benjamin mengalami berbagai macam pengalaman di usia muda dalam kehidupannya. Mungkin karena penampakan "mutu"nya (MUka TUa), sehingga dia lebih gampang diterima dan bergaul oleh orang dewasa dalam usia yang sebenarnya. Selama masa mudanya itu, Benjamin memilih untuk berlayar ke segala tempat dan meninggalkan panti jompo yang disebutnya sebagai rumah.
Ketika kapten kapalnya mati akibat perang, Benjamin memilih pulang. Saat itulah dia bertemu dengan Daisy (Cate Blanchett) lagi. Tapi kali ini dengan penampilan yang berbeda. Usia mereka sama-sama berada dipertengahan, justru membuat mereka tampak normal. Sejenak mereka melupakan kelainan Benjamin. Sampai saat Daisy hamil, dan melahirkan seorang anak perempuan. Benjamin mulai gundah. Dia tak ingin anaknya bingung dengan keadaan dirinya. Meski Daisy tidak keberatan dengan keadaan itu, Benjamin tetap bersikeras untuk meninggalkan anak dan istriya. Yah, begitulah,,, life must go on. Daisy akhirnya menikah dengan pria lain, kemudian anak mereka tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, dan Benjamin, tentu saja semakin hari menjadi semakin muda.
Menurut saya, inti film ini baru dimulai di saat Benjamin berubah menjadi anak kecil yang memiliki penyakit demensia layaknya manula lainnya. Meski begitu, Daisy justru tidak meninggalkannya. Daisy tetap menjaga Benjamin, hingga akhirnya fisik Benjamin menjadi seperti bayi yang baru dilahirkan, dan meninggal dalam pangkuan Daisy. Sungguh menyedihkan...
Menurut saya, ini adalah film dengan tema cerita yang tidak biasa tapi dikemas layaknya sebuah autobiografi visual. Kemampuan sang sutradara David Fincher, untuk mengatur alur perasaan kita seperti yang dirasakan oleh Benjamin dari awal hingga pertengahan film, lalu kemudian beralih kepada perasaan Daisy hingga penghujung film, merupakan unsur terbaik dari yang ditampilkan oleh Fincher. Untuk pemain, Brad Pitt tidak terlalu menarik perhatian. Justru si Cate, meskipun wajahnya tidak mendukung untuk memerankan Daisy di usia 20an (Agak ketuaan... hehehe), tapi kepintaran dia dalam memilih peran, membuat saya benar-benar kagum dengannya. Yahhh,,, masih pada ingatkan, saat Cate memerankan Lady Marion Loxley di film Robin Hood??? Hehehe... perannya selalu mencerminkan wanita yang independen. Thats rock!!!

Yang menarik bagi saya (lagi) di film ini, adalah cerita tentang jam dengan jarum yang mundur. Suatu hidangan appetizer yag lucu sekaligus dramatis, seolah menggambarkan bahwa jam itu memiliki hubungan dengan Benjamin. Secara keseluruhan, film ini mendapat tempat dihati saya, sama seperti film The Lake House yang diperankan oleh Sandra Bullock.

4,5 of 5

3 comment:

Fabian said...

mba nitha, sy pembaca setia blog mba. sederhana tp lngsung kesasaran. Makasih dah review film ini. Salam kenal dan terus berkarya.

Bang Mupi said...

Bagus sih filmnya, tapi sedikit membosankan dan durasi terlalu lama. Adegan yang menarik buat gua adalah adegan pengandaian yang editingnya sangat luar biasa.

Nitha Yusuf said...

@Fabian : Makasih, sering2 mampir yah...
@Bang Mupi : Memang agak lama siy, aku juga hampir nyerah nntnnya. untungnya endingnya bagus.hehe...

Post a Comment