Friday 6 August 2010

Avatar : The Last Airbender

Setelah menunggu sebulan lebih akhirnya,,, The Last Airbender, ditayangkan juga di Indonesia. Betapa saya begitu deg-degannya saat tahu, bahwa sebentar lagi film ini akan dirilis di negara kita tercinta. Banyak review-er luar yang memberikan komentar pedas, sampai ada yang mengatakan, film ini sangat layak untuk tidak di tonton, but well… saya tetap berpositif thinking.
Okey, kita mulai dari plot awal sang kakak beradik Zokka (Jackson Rathbone) dan Katara (Nicola Peltz), yang secara tidak sengaja, menemukan bola salju besar. Ternyata di dalam bola salju itu, terdapat seorang anak kecil berumur 10 tahun dengan seekor hewan piaraannya yang sangat besar (Animasi untuk bulu Appa seperti keset kaki bagi saya, upss,,, hahhaha).
Bocah itu bernama Aang (Noah Ringer). Dia merupakan satu-satunya pengendali udara yang tersisa, karena yang lain telah dibunuh oleh orang dari negara api. Negara api melakukan hal ini karena menurut ramalan, bahwa seorang Avatar (pengendali empat elemen Udara, Air, Tanah, dan Api), akan lahir dari kelompok Udara. Ternyata, mereka (Negara Api) gagal, karena Avatar yang berwujud Aang malah melarikan diri dan terkurung dalam bola salju selama 100 tahun.
Berita tentang Aang ternyata membuat panas negeri api. Mereka takut, keberadaan seorang Avatar bisa mengancam rencana mereka untuk menguasai dunia. Pangeran Zuko (Dev Patel) yang merupakan putra dari raja api Lord Ozai juga berniat untuk menangkap dan membawa pulang si Aang.
Nah, itulah sepenggal cerita Aang, yang tidak ingin saya ceritakan lebih rinci. Kenapa? Karena, saya (sebagai penggemar Appa versi serial kartun Nickelodeon, hehe…) dapat mengambil kesimpulan, bahwa jika ingin menonton film ini, sepertinya kita harus membuang jauh pemikiran untuk bertemu dengan Aang, dkk versi kartun ke dalam wujud manusia. Yah, jangan harap bisa menemukan sosok jenaka Aang, bloonnya Sokka, serta galaknya Katara di sini.
Siapa lagi yang bertanggung jawab, kalau bukan bapak M.Night Shyamalan? Sutradara berkulit gelap ini memang tidak di ragukan lagi kemampuannya dalam memasukkan unsur teka-teki, serta kemampuan berimajinasinya yang sangat ekstreme. Semua itu bisa kita lihat dari efek visual yang megah. Tapi untuk casting pemainnya sendiri? Nicola dan Jackson sangat memperburuk keadaan. Saya benar-benar tidak terima keberadaan mereka di sini. Untuk si Noah juga sama saja, sangat tidak mewakili karakter Aang. Well, seandainya ini bukan sebuah film adaptasi, mungkin para kritikus tidak akan mencemooh Shyamalan dan film ini bisa jadi mentahtai Box Office. Tapi, yah itulah, membuat suatu film bergenre remakable memang jauh lebih susah, dibanding membuat film yang masih baru.
Satu lagi yang saya sayangkan, kok bisa yah,  si pengendali tanah Toph, tiba-tiba ada? Kenapa gak dibuat adegan tersendiri? Kesannya jadi seperti di forward. Trus, kok si Toph kayanya gak buta yah? Harusnya khan....??? (Aaarrrggghhh....)
Berdasarkan ending, film ini sepertinya akan ada sequel-nya. Hhhmmm,,, semoga saja kedepannya, para pemain bisa lebih menghayati peran mereka. Dan untuk Shyamalan, please, nonton lah serial kartunnya dulu, sebelum anda berencana membuat lanjutannya. Sebagai penilaian, saya tetap memuji visual efeknya yang really really adorable…. Hehe….


2 comment:

Tita Aulia said...

Wah, reviewnya br ada, pantesan dari kmrn kayanya aku ngerasa ngga sreg, ternyata bener bgt, aku ngarepin sama ama kartunnya. ternyata malah lebih serius. slm kenal mba, aku add fb nya ya

Bang Mupi said...

Mungkin karena gua belum nonton serialnya, jadi menurut gua film ini bagus kok :D

Post a Comment